Ketika
perang teluk berlangsung, aku sedang berada di Mesir dan sebelum perang
meletus, aku sudah terbiasa menguburkan mayat di Kuwait yang aku
ketahui dari masyarakat setempat. Salah seorang familiku menghubungiku
meminta agar menguburkan ibu mereka yang meninggal.
Kami buka lubang masuknya dan kami turunkan dari pundak kami. Namun tiba-tiba jenazahnya terlepas
dan terjatuh ke dalam dan tidak sempat kami tangkap kembali hingga aku
mendengar dari gemeretak tulangnya yang patah ketika jenazah itu jatuh.
Aku melihat ke dalam ternyata kain kafannya sedikit terbuka sehingga
terlihat auratnya. Aku segera melompat ke jenazah dan menutup aurat
tersebut.
Lalu dengan susah payah aku menyeretnya ke arah
kiblat dan aku buka kafan di bagian mukanya. Aku melihat pemandangan
yang aneh. Matanya terbe-lalak dan berwarna hitam. Aku menjadi takut dan
segera memanjat ke atas dengan tidak menoleh ke belakang lagi.
Setelah sampai di apartemen, aku menghubungi salah seorang anak
perempuan jenazah. Ia bersumpah agar aku menceritakan apa yang terjadi
saat memasukkan jenazah ke dalam kuburan. Aku berusaha untuk mengelak,
namun ia terus mendesakku hingga akhirnya terpaksa harus
memberitahukannya. Ia berkata, Ya Syaikh (panggilan yang sering
diucapkan kepada seorang ustadz-red), ketika anda melihat kami bergegas
keluar dikarenakan kami melihat wajah ibu kami menghitam, karena ibu
kami tidak pernah sekalipun melaksanakan shalat dan meninggal dalam
keadaan berdandan.
Kisah nyata ini menegaskan bahwa Allah SWT
menghendaki agar sebagian hamba-Nya melihat bekas Su-ul khatimah
hamba-Nya yang durhaka agar menjadi pelajaran bagi yang masih hidup.
Sesungguhnya yang demikian itu merupakan pelajaran bagi orang-orang yang
berakal.
(Disadur dari: Serial Kisah Teladan karya Muhammad
bin Shalih al-Qahthani, Juz 2 seperti yang dinukilnya dari Kisah-Kisah
Nyata karya Abdul Hamid Jasim al-Bilaly, Darul Haq)
Ya Allah... Matikanlah kami dalam keadaan Khusnul Khotimah. Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar