Muhasabah


Bangunlah, Nak


 



“Bangunlah nak, mungkin ada yang ingin kau ceritakan…”
“Bangunlah nak, mungkin ada yang ingin kau tumpahkan.”
“Bangunlah nak, luapkan saja apa yang kau rasa…
Ia akan setia mendengarmu, walau mungkin tak kau dapat solusi saat itu, Ia akan mengantarkanmu…
dengan cara-Nya sendiri, dan itulah yang terbaik untukmu.”

“Bangunlah nak, bangun…
hidup ini hanyalah sebentuk pengabdian, untuk-Nya, dan karena-Nya…”
“Bangunlah nak, bangun sayang…
sepertiga malammu telah datang, jangan pernah engkau siakan.”


“Bangunlah nak, bangun…
telah Ibu titipkan engkau pada-Nya, dan titipkan saja Ibu dalam doa-doa di malam-malammu….”

“Bangunlah nak, bangun….
tak banyak yang Ibu sanggup beri untukmu, tak panjang waktu Ibu untuk menjagamu…
Hanya dengan membersamai-Nya kau akan mendapatkan kebahagiaan yang bahkan mungkin Ibu pun tak sanggup berikan.”

“Bangunlah nak, bangun…
Allah yang akan mengajarimu, asal taqwa engkau jalankan…”

“Bangunlah nak, bangun sayang…
semoga esok hari kita menjadi kaum Rasulullah, dan ia pun dengan kecintaannya menyambut kita…
walaupun itu di barisan ke seribu satu.”

Iya Bu, aku mendengarmu
dan banyak memang yang ingin aku ceritakan,
ingin aku luapkan
dan biarkan Allah saja yang tahu ya Bu…
Semoga dengan demikian Allah menghindarkanku dari berpanjangnya keluh kesah terhadap manusia…





Berdo'a kok di FB?


– Sejak berjamurnya Account social seperti Facebook, Twitter, Friendster and other networking. Banyak hal bisa diamati terutama terjadinya tingkat kenarsisan, suka pamer, sering mengeluh dan berdoa di tempat yang salah. Bagaimana tidak salah!!! Coba kita amati terutama FB and twitter betapa banyak pengguna account salah mengguna wall/tweet mereka sebagai tempat berdoa, bukankah agama “Islam”? Telah mengatur Waktu-waktu untuk berdoa mustajab. Antara lain:

“Pada bulan Ramadhan, terutama pada malam Lailatul Qadar, Pada waktu wukuf di ‘Arafah, ketika menunaikan ibadah haji, Ketika turun hujan, Ketika akan memulai shalat dan sesudahnya, Ketika menghadapi barisan musuh dalam medan peperangan, Di tengah malam, Di antara adzan dan iqamat, Ketika I’tidal yang akhir dalam shalat, Ketika sujud dalam shalat, Ketika khatam (tamat) membaca Al-Quran 30 Juz, Sepanjang malam, utama sekali sepertiga yang akhir dan waktu sahur, Sepanjang hari Jumat, karena mengharap berjumpa dengan saat ijabah (saat diperkenankan doa) yang terletak antara terbit fajar hingga terbenam matahari pada hari Jumat itu, antara Zhuhur dengan ‘Ashar dan antara ‘Ashar dengan Maghrib, Pada waktu pengajian (belajar) di suatu majelis dan Pada waktu minum air zam-zam”
Tempat-tempat baik untuk berdoa “Di kala melihat Ka’bah, Di kala me1ihat masjid Rasulullah Saw, Di tempat dan di kala melakukan thawaf, Di sisi Multazam. Di dalam Ka’bah, Di sisi sumur Zamzam, Di belakang makam Ibrahim, Di atas bukit Shafa dan Marwah, Di ‘Arafah, di Muzdalifah, di Mina dan di sisi Jamarat yang tiga, Di tempat-tempat yang mulia lainnya, seperti di Masjid dan tempat-tempat peribadatan lainnya.
Nah seperti dijelaskan di atas jelas bahwa tempat dan waktu mustajab berdoa, bukan saat buka Facebook/twitter, sebaiknya social networking dimanfaatkan sebagai tempat berbagi informasi bersifat memotivasi bukan bersifat keluh kesah. Karena Allah tidak menyukai hamba yang suka mengeluh.
Dan tanpa kita sadari, kita lebih banyak mengadu masalah di efbe dari pada mengadu kepada ALLOH Subhana Wa Ta’ala, lebih mengutamakan update status daripada shalat dan dzikir kepada ALLOH Subhana Wa Ta’ala.
Hendaknya kita mengeluh di tempat yang tepat yaitu tempat memberi ketenangan diri seperti dijelaskan dalam al-Quran “Sesungguhnya aku mengeluhkan keadaanku dan kesedihanku hanya kepada Allah,“ (Qs. Yusuf: 86)”, Saudaraku, mengeluhkan penderitaan hanya kepada Allah SWT adalah bagian dari kesabaran.
Menurut pengamatan ternyata social networking merupakan wadah paling empuk bagi seseorang untuk mengeluh, pamer, galau, nasris dan berdoa di tempat yang salah. Ada berbagai varian doa yang tertulis dalam Facebook, bahkan bingung juga apakah benar-benar berdoa atau mengeluh dengan cantik. Bukan tidak boleh dan melarang teman berdoa lewat Facebook atau twitter, bahkan Islam memperoleh kita berdoa dimana dan kapan pun kecuali di toilet/kamar mandi. Tetapi akan lebih elok dan berkah doa yang kita untaikan di tempat-tempat telah dicontohkan Rasulullah SAW seperti paparan di atas. Jangan sampai doa di publish jadi bahan guyonan, ingin diketahui publik dan ajang narsis.
Hal seperti itu takutnya akan berdampak pula dalam kehidupan sehari-hari, sehingga menjadi manusia  tidak disukai atau dijauhi oleh teman, relasi dan keluarga. Bagaimana bisa dijauhi? Ya iyalah siapa juga mau bertemen dengan orang yang suka mengeluh, pamer, galau dan narsis. Sebelum itu benar-benar terjadi dalam kehidupan kita, mari account social dimanfaatkan, dipergunakan, dikelola sebagai ajang silaturahim.
Berikut contoh doa kopas (copy paste) status teman FB “Ya Allah…jika Canon EOS 7D layak untukku…dekatkan ia… dan jika Engkau tambahkan lensa EF-S 15-85mm IS juga tak apa, dengan senang hati ya Allah… amiiin… nuhun buat yang udah ikut mengAminkan… :) hehe”.  Coba teman analisis dan amati doa tersebut di antara berharap dan bercanda. (masih banyak lagi doa’-doa diungkapkan lewat FB/Twitter antara galau, narsis dan bercanda).
Yuk ukhti wa ikhwan jangan sampai kita terikut pula dengan behaviour seperti itu suka mengeluh dan berdoa di tempat yang salah. Dan mari kita pergunakan account social untuk menebar semangat, kebaikan, menebar syukur, silaturahim dan taujih bukan menebar keluh kesah, galau dan narsis tiada ujung. Status tertulis bukan mendapat solusi kongkret malah sebaliknya diguyonin dan diketawakan dengan tujuan tidak jelas.




Dan Aku Cemburu

 


Aku cemburu…
Aku cemburu Pada kehanifanmu
Yang karenanya selalu membuatmu terjaga
Dari banyaknya godaan dunia yang semu…
Aku cemburu Pada ketaatanmu
Yang dengannya telah mendekatkanmu
pada cinta Rabb-mu

Aku cemburu pada setiap langkah tegasmu
Dalam meredam segala godaan hawa nafsu
Yang datang dari berbagai penjuru di setiap waktu
Aku cemburu pada pemahamanmu akan ilmu
Dan ayat-ayat yang telah diturunkan Rabb-mu
Yang banyak darinya telah kau amalkan dalam keseharianmu
Aku cemburu pada banyaknya gerak dakwahmu
Yang kau jalani di setiap detik yang kau lewatkan dalam kehidupanmu…
Aku cemburu pada setiap tegur sapa lembutmu
Yang menyebar cinta pada setiap mereka yang ada di sekitarmu
Sehingga tak ada waktu yang kau lewati dengan merasa sepi dan sendiri…
Sehingga tak pernah hadir sangka dalam hubunganmu terhadap sesama…
Aku cemburu ingin menjadi sepertimu
Dan ingin menjadi lebih baik darimu
Di pandangan Rabb ku…
SALAHKAH AKU???
Aku cemburu dan teramat sangat cemburu
Jika tak mampu bersaing denganmu dalam merebut cinta Rabb ku…
Aku cemburu dan teramat sangat cemburu
Jika Rabb ku berpaling dariku
Karena ada yang lebih baik dibanding diriku…
Wahai Rabb yang jiwaku ada dalam genggamanMu
Jadikanlah kecemburuanku sebagai motivasi untukku dalam bergerak untuk meraih cinta Mu, mengais ridhaMu
Karena aku tidak mau menjadi yang tertinggal
Karena aku tidak mau menjadi yang terbelakang
Karena aku ingin di hari akhir nanti, Kau panggil aku dari golongan Kanan…
Duhai Rabb yang menguasai seluruh kehidupanku
Yang dalam kuasa-Mu lah hidup dan matiku
Sungguh cukuplah Engkau sebagai saksi
Di mana pada hari ini, aku ikrarkan janji
Akan kembali berlari menuju cintaMu yang hakiki…
Ba’da Isya
Dalam renunganku atas cemburuku…



Muhasabah Cinta

 

- Mari sejenak bermuhasabah diri dengan sepenuh cinta, menengok lembaran kehidupan yang telah kita lalui, agar menjadi pelajaran bagi kita untuk hadapi kehidupan di depan….
Sobat, adakah kita teladani Rasulullah yang tiap malamnya tak pernah berlalu tanpa qiyamullail? Ia berlama-lama berdiri, ruku’, dan sujud, hingga bengkaklah kedua kakinya. Padahal, ia telah terampuni dosa yang lalu dan yang akan datang. Padahal, Allah telah jaminkan jannah untuknya. Sedangkan, kita yang dosanya bagai buih di lautan, bagai pepasir di pantai ini, masih berani dan tenang saja menikmati malam-malam bernyenyak dalam gumul selimut hangat.

Sobat, adakah air mata kita sebermanfaat milik Ibnu ‘Abbas yang menangisnya karena gigil takut kepada Allah, hingga butalah kedua matanya? Ataukah air mata kita lebih banyak menetes karena kekecewaan kita terhadap makhluk, karena harapan yang tak terpenuhi, bahkan karena sinetron dan film picisan itu?
Sobat, adakah kita seistiqamah Muhammad Al-Fatih? Yang sejak balighnya tak pernah meninggalkan satu pun shalat wajibnya, tak pernah tinggalkan satu pun puasa Ramadhannya, tak pernah lebih dari sebulan mengkhatamkan Al-Qur’an, tak pernah kehilangan satu ayat pun hafalan Al-Qur’an, tak pernah tinggalkan satu malam pun berqiyamullail, dan tak pernah meninggalkan puasa ayyaamul bidh.
Sobat, adakah kita sedermawan ‘Abdurrahman ibn ‘Auf yang kisaran angka shadaqahnya untuk penduduk Madinah bisa mencapai 40.000 dinar dalam sekali bagi? Ataukah kita masih saja beralibi dengan jawaban klise, “Yang penting ikhlas walaupun sedikit,”?
Sobat, adakah kita sejujur ‘Abdullah ibn Al-Mubarak yang walaupun sudah berbulan menjaga kebun delima, namun belum sekalipun mencicipinya? Ataukah telah berkali kita menikmati sesuatu yang bukan hak kita?
Sobat, adakah kita setulus ‘Umar ibn Khathab yang kecintaannya pada Allah dan RasulNya melebihi kecintaannya kepada diri sendiri? Ataukah kita melakukan segala hanya untuk keselamatan dan kenikmatan diri kita sendiri?
Sobat, adakah kita seteguh Ka’ab ibn Malik yang tak kilau oleh tawaran Raja Ghassan yang memintanya menjadi duta besar Kekaisaran Romawi Timur? Padahal saat itu di Madinah, di kota kelahirannya sendiri, ia sedang merasakan tersiksanya dikucilkan karena hukuman. Ataukah kita sering kali tunduk, memohon, bahkan menghamba, kepada seorang musyrik demi tahta dan kekuasaan?
Sobat, adakah kita setegar Bunda Hajar? Yang karena imannya pada Allah, merelakan suaminya, Ibrahim, pergi meninggalkannya hanya berdua dengan bayi mereka yang masih merah, di lembah kosong tak berpenghuni, gersang, terik, liar. Ataukah kita akan menarik manja pasangan kita yang hendak pergi atas perintah Allah?
Sobat, adakah kita malu kepada Nu’man ibn Qauqal? Yang walaupun dalam keterbatasan fisiknya yang cacat, yang pincang, tapi ia tetap mengikuti Perang Badar, dan menemui syahidnya dalam Perang Uhud. Ataukah kita yang dalam kesempurnaan fisik ini, masih saja mencari beribu alasan untuk menghindar pergi ke medan jihad?
Yang berlalu jelas tak dapat diulang kembali ‘tuk diperbaiki. Jangan buat sesal kini tersia tiada berarti. Mari istighfar, memohon Allah sudi ampuni diri. Lalu perbaiki diri di tiap bilangan hari.



Ibu, Sebuah Perenungan

 http://4.bp.blogspot.com/_6D07pswh778/TQRjVaqQg2I/AAAAAAAAAHg/-bR3QWhVi1M/s1600/ibu.jpg


 – Ibu, bukti nyata kasih sayang Allah untuk kita…
Sosok yang tak pernah jemu menyayangi dan melayani kita. Pernahkah kita mendoakan ibu di dalam sujud panjang shalat kita di sepertiga malam terakhir? Jika jawabannya iya. Anda sungguh beruntung.
Jika jawabannya tidak, mari kita renungi, ibu kita yang keringatnya adalah kebahagiaan kita, rela bangun di malam hari yang dingin, tak peduli betapa ia lelah karena pekerjaan rumah yang harus diselesaikan di siang hari, namun dia memilih bangun dari tidur lelapnya untuk menghadap Allah dengan penuh pengharapan, dengan sebait doa yang selalu dia minta pada-Nya, doa yang ditujukan untuk siapa? Untuk kita. Karena tujuannya hanya satu, karena keinginannya hanya satu, yaitu kebahagiaan kita.

Pernahkah kita melakukan sesuatu dengan tujuan agar ibu kita bahagia? Jika jawabannya iya. Anda sungguh beruntung. Jika jawabannya tidak, mari kita renungi, sosok yang paling tahu apa yang kita rasakan setelah diri kita sendiri adalah ibu kita. Prinsip seorang ibu adalah, ketika anaknya bahagia, di situlah letak bahagianya juga. Sungguh mulia hati seorang ibu, dia mengerahkan seluruh kemampuannya hanya untuk membahagiakan kita, anaknya. Walau dengan hal sepele menurut kita, ibu rela beberapa kali terkena api kompor yang panas, tersayat mata pisau yang tajam, terciprat minyak goreng yang panas, hanya demi memasak makanan yang lezat untuk kita, walau sebenarnya ibu tak menyukai makanan itu sendiri, namun tak dipedulikannya selama itu dapat membuat kita senang, nyaman, bahagia.
Ah… memangnya sejak kapan ibu memikirkan perasaannya dan kesukaannya…
Karena tujuannya hanya satu, karena keinginannya hanya satu, yaitu kebahagiaan kita.
Pernahkah kita gelisah setengah mati ketika ibu kita terbaring sakit? Jika jawabannya iya. Anda sungguh beruntung. Jika jawabannya tidak, Mari kita renungi, Ibu mempunyai sisi hati yang dapat menembus hati kita. Karena ibu merasa kita adalah belahan jiwanya, ketika kita sakit, ibu akan ikut sakit, bahkan terkadang merasa lebih sakit dari kita. Ada dua beban yang dialami hati ibu ketika kita terbaring sakit, kegelisahan serta kekhawatiran yang berlebihan pada kondisi kita, ibu terkadang lupa kebutuhannya seperti makan dan mandi ketika mengurusi kita yang sedang sakit, karena di dalam pikirannya hanya ada satu hal, yaitu kesembuhan kita, anaknya. Beban hati ibu yang lain adalah pura-pura tegar di depan kita yang sedang terbaring sakit, ketika itu, ibu ingin sekali meluapkan kesedihannya karena melihat buah hatinya yang sedang sakit, namun dia simpan rapat kesedihan serta air matanya, dia menunggu saat-saat sunyinya malam untuk mengadu pada Allah, mengadukan apa yang dirasakannya, juga tak lupa mendoakan kesembuhan kita. Karena tujuannya hanya satu, karena keinginannya hanya satu, yaitu kebahagiaan kita.
Teman, Jika kita seorang anak yang cuek terhadap ibu kita, maka ubahlah sikap kita. Walau sebenarnya ibu kita menerima saja apapun sikap kita, namun jangan tunggu sampai semuanya terlambat. Jangan tunggu sampai kita tak mendengar lagi panggilan sayangnya untuk kita.
Jangan tunggu sampai kita tak mencicipi lagi masakan-masakannya. Jangan tunggu sampai kita tak melihat senyumannya di awal pagi kita. Jangan tunggu sampai tak ada lagi yang mengerti perasaan kita. Jangan tunggu sampai sosok itu pergi dalam hidup kita. Jangan tunggu malaikat Israil datang mengambil nyawa ibu kita. Jangan tunggu semua itu!
Berubahlah… Mulailah dengan ungkapan sayang ataupun permintaan maaf atas kecuekan kita selama ini.
“Ibu, maafin kesalahan ananda selama ini, ananda sayang ibu…”
Dengan mengungkapkan kalimat itu di telinga ibu kita, takkan merendahkan derajat kita, malah akan membuat ibu kita merasa berarti dan bangga mempunyai kita, serta Allah akan meridhai setiap langkah kita, insya Allah… aamiiin.
Ayo, tunggu apa lagi…
“Ucapkanlah kalimat itu pada ibu kita sehari 3 kali, atau sehari satu kali, atau sekali seminggu, atau sekali sebulan, atau sekali setahun, atau bahkan sekali seumur hidup,
Ucapkanlah.. sebelum kalimat itu tak bisa diucapkan lagi, karena takdir Allah yang mendahului.”
Dari sahabat abu Hurairah radiyalhu ‘anhu beliau berkata: Datang seorang pria laki-laki kepada Rasulullah kemudian dia bertanya: Wahai Rasulullah, siapakah yang paling berhak untuk kuperlakukan dengan baik?” Beliau bersabda, “Ibumu”, Orang tersebut bertanya lagi, “kemudian siapa?”. Beliau bersabda, “Ibumu”. Orang tersebut bertanya lagi, “kemudian siapa?”. Beliau bersabda, “Ibumu”. Orang tersebut bertanya lagi, “kemudian siapa?”. Beliau bersabda, “Bapakmu” (HR. Bukhari dan Muslim)
Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam bersabda, “Orangtua adalah pintu surga yang paling tengah, apabila kau mau maka sia-siakanlah pintu tersebut atau peliharalah.”  (HR. Tirmidzi).


Astaghfirullah



 

Diriwayatkan bahwa pada suatu hari Rasulullah S.A.W sedang duduk bersama  para sahabat, kemudian datang pemuda Arab masuk ke alam masjid dengan  menangis.
Apabila Rasulullah S..A.W melihat pemuda itu menangis maka baginda pun  berkata, “Wahai orang muda kenapa kamu menangis?” Maka berkata orang ; muda itu,”Ya
Rasulullah S.A.W, ayah saya telah meninggal dunia dan tidak  ada kain kafan dan tidak ada orang yang hendak memandikannya.”

Lalu Rasulullah S.A.W memerintahkan Abu Bakar r.a. dan Umar r.a. ikut orang muda itu untuk melihat masalahnya. Setelah mengikuti orang itu, maka
Abu Bakar r.a dan Umar r.a. mendapati ayah orang muda itu telah bertukar  rupa menjadi babi hitam, maka mereka pun kembali dan memberitahu kepada  Rasulullah S.A.W,  “Ya Rasulullah S.A.W, kami lihat mayat ayah orang ini bertukar menjadi  babi hutan yang hitam.”kemudian Rasulullah S.A.W dan para sahabat pun  pergi ke rumah orang muda dan baginda pun berdoa kepada Allah S.W.T,  kemudian mayat itu pun bertukar kepada bentuk manusia semula.
Lalu Rasulullah S.A.W dan para sahabat menyembahyangkan mayat tersebut.  Apabila mayat itu hendak dikebumikan, maka sekali lagi mayat itu berubah menjadi seperti babi hutan yang hitam, maka Rasulullah S.A.W pun bertanya  kepada pemuda itu, “Wahai orang muda, apakah yang telah dilakukan oleh ayahmu sewaktu dia di dunia dulu?” Berkata orang muda itu, “Sebenarnya ayahku ini tidak mau mengerjakan shalat.”
Kemudian Rasulullah S.A.W bersabda, “Wahai para sahabatku,lihatlah keadaan orang yang meninggalkan sembahyang. Di hari kiamat nanti akan bangkitkan oleh Allah S.W.T seperti babi hutan yang hitam.”
Dizaman Abu Bakar r.a ada seorang lelaki yang meninggal dunia dan sewaktu mereka menyembahyanginya tiba-tiba kain kafan itu bergerak.
Apabila mereka membuka kain kafan itu mereka melihat ada seekor ular sedang membelit leher mayat tersebut serta memakan daging dan menghisap
darah mayat. Lalu mereka coba membunuh ular itu.  Apabila mereka coba untuk membunuh ular itu, maka berkata ular tersebut,  “Laa ilaaha illallahu Muhammad Rasulullah, mengapakah kamu semua hendak membunuh aku? Aku tidak berdosa dan aku tidak bersalah. Allah S.W.T yang memerintahkan kepadaku supaya menyiksanya sehingga sampai hari kiamat.”
Lalu para sahabat bertanya,”Apakah kesalahan yang telah dilakukan oleh mayat ini?”
Berkata ular, “Dia telah melakukan tiga kesalahan, diantaranya :
1. Apabila dia mendengar azan dia tidak mau datang untuk sembahyang berjamaah.
2. Dia tidak mau keluarkan zakat hartanya.
3. Dia tidak mau mendengar nasihat para ulama.
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar